Pada artikel ini akan membahas soal tahapan kegiatan asesmen diagnostik non kognitif adalah
Sebelum membahas mengenai tahapan kegiatan asesmen diagnostik non kognitif sebaiknya Anda mengetahui tentang asesmen diagnostik non kognitif.
Apa sih Asesmen diagnostik non kognitif?
Asesmen diagnosis non kognitif bertujuan untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional dari peserta didik sebelum memulai pembelajaran. Dengan demikian, pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif lebih menekankan pada kesejahteran psikologis dan emosi peserta didik.
Asesmen non kognitif dilakukan untuk menilai aktivitas peserta didik selama belajar di rumah dengan tetap memperhatikan kondisi keluarganya.
Terkait persiapan dan pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif, keterampilan guru untuk bertanya dan membuat pertanyaan dapat membantu guru mendapatkan informasi yang komprehensif dan cukup mendalam.
Soal
Tahapan kegiatan asesmen diagnostik non kognitif adalah
Jawaban
Tahapan Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Asesmen diagnosis non kognitif melalui beberapa tahapan, mulai persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Tahapan persiapan meliputi:
- Menyiapkan alat bantu berupa gambar ekspresi emosi,
- Membuat pertanyaan kunci, seperti : Apa saja kegiatanmu selama belajar di rumah? Hal apa yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan? Apa harapanmu?
Tujuan Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Asesmen diagnosis non kognitif di awal pembelajaran diberikan pada siswa untuk mengetahui:
- Kesejahteraan psikologi dan emosional siswa,
- Aktivitas siswa selama belajar di rumah,
- Kondisi keluarga siswa
Pelaksanaan Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Pelaksanaan asesmen diagnosis non kognitif meliputi:
- Berikan gambar emosi kepada siswa,
- Meminta siswa mengekspresikan perasaannya selama belajar dengan bercerita, membuat tulisan, atau menggambar.
Tindak Lanjut Asesmen Diagnosis Non Kognitif
Tindak lanjut asesmen diagnosis non kognitif meliputi:
- Identifikasi siswa dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi empat mata,
- Menentukan tindak lanjut dan mengkomunikasikan dengan siswa serta orangtua jika diperlukan.
Meskipun penilaian diagnostik ada dua jenis, yaitu kognitif dan non-kognitif, namun tahapan di atas tetap berlaku untuk keduanya. Tidak ada bentuk baku untuk setiap tahapan, semuanya sangat bergantung pada aspek penilaian, jenjang sekolah, kelas yang dimasuki siswa, materi pelajaran, sarana dan prasarana, dan lain sebagainya.
Tahap persiapan sangat ditentukan oleh kreativitas seorang guru untuk mengembangkan instrumen penilaian diagnostik, baik kognitif maupun non-kognitif. Tahap implementasi memerlukan keterampilan bertanya yang baik, terutama pada penilaian diagnostik non-kognitif yang memungkinkan guru menggunakan metode wawancara, atau dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk berbicara tentang masalah yang dialaminya.
Tahap tindak lanjut menuntut keseriusan seorang guru untuk benar-benar memikirkan langkah terbaik untuk membantu siswa yang mengalami berbagai kesulitan. Dalam hal ini guru dapat berdiskusi dengan kepala sekolah atau rekan sejawat. Jika asesmen diagnostik benar-benar dapat dilaksanakan dengan baik dan maksimal maka penerapan kurikulum mandiri juga dapat dilaksanakan di sekolah secara optimal dan berkualitas.